Minggu, 15 Juli 2012

Nenek, Aku Rindu

Aku rindu nenek.
Hanya kata-kata ini yang bisa kubisikkan lirih pada senja temaram di ufuk barat. Semburat keemasan yang selalu membawa kenangan tentangnya. Suara riuh di pendopo selalu memeriahkan hari-hari yang bergulir bersamanya. Menghapal ayat-ayat hijaiyah. Melantunkan juz amma. Nyaring dan berirama. Bersama ketukan tangan di meja. Layaknya patuk ayam memakan bulir-bulir padi. Nada senada dengan ritme teratur. Pasti.

Aku rindu nenek.
Sesaat kuingat lirikan matanya ketika lidahku menjadi kelu mengulang-ulang halaman yang sama. Dan perhatianku pecah pada bola bekel, pada biji dakon, pada pelataran teduh berpayung mentari mulai samar. Dan hanya kusisakan senyum nakal mengharap kasihnya membebaskanku. Merayu pula dengan senyum menyeringai. Dan selalu berhasil dengan kata "Besok lagi ya Nek".

Aku sungguh rindu nenek.
Masih teringat sepotong kue yang sengaja kau sisihkan setiap pagi sapaku. Obrolan ringan berisi nasehat wejangan kehidupan. Cerita-cerita romantis tentang kakek. Seruanmu "Sholat-sholat!". Untaian wirid di genggaman. Pun doa-doa panjang kau alun merdu untukku. Dan tentu saja wasiat terakhirmu... dalam buaian memoriku utuh.

Hari itu takkan terlupa. Hawa yang selalu sama menjemput setiap yang berjiwa. Suasana haru biru bersama talqin panjang menerus. Setiap tarikan nafas terakhir. Pucat dalam lantunan "Allah". Dingin dilumat senyummu. Damai dalam dekapku. Kenangan indahmu. 

Nenek, aku rindu.

***
Teriring doa untuk orang-orang terkasih yang lebih dulu mendahului kita :

"Ya Allah, ampunilah dia. Naikkanlah derajatnya diantara orang-orang yang mendapat hidayah, dan lindungilah keluarga dan keturunannya yang masih hidup. Ampunilah dia dan kami, wahai Tuhan sekalian alam. Luaskanlah kubur baginya dan berikanlah cahaya didalamnya."

*Note: dituliskan kembali mengenang kepergian nenek 15 Maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar