Rabu, 29 Februari 2012

Hening Nuansa Rindu

Sebatas aku dapat melihat. Sejauh ufuk timur horizon. Nampak semburat mentari pagi menyapa cakrawala. Udara dingin menusuk tulang. Sesayup kokok ayam mengingatkan untaian doa dalam hening nuansa rinduku. Aku masih disini. Menapaki celah hati dikejauhan masa. Mengawali rontalan hari selalu terpekur pekat ramuan syukurku. Bernaung embun nurani dijejak langkah asaku.

Disana, nun jauh di ufuk timur horizon. Ada derap amanah terukir dalam jiwa setiap insan. Digoreskan tajam makna kehidupan teremban. Rontalan putih berbicara apa kata takdir. Cepat melesat seperti busur menghujam titik nadi akrab. Terjaga anggun disisihan arsy. Kini atau nanti roda waktu tetaplah berputar menyapa hari. Hanya diri sendirilah yang memintal sulaman keatas fitrah luas kemudian. Tergantung tinggi di pucuk-pucuk daun jiwa sekali lagi azzam.

Di ufuk timur horizon. Disinilah aku berdiri. Menyambut sang surya perlahan menyeringai. Di pundak kan tertampuk berjuta kisah. Kamuflase miliaran kata berdenting syahdu bernyanyi indah. Masih lapang senyum kasih menjuntai. Damai merayap menghantar berkah hidangan surga di jumat pagi nyata. Kerinduan bagi jiwa-jiwa pengelana. Selalu hening dalam dekapan pelupuk mata. Dan terdengar sayup nadaku... subhanallahi wabihamdihi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar