Sabtu, 03 Maret 2012

My Homesick Virus

Homesick? Menurut mbah google, homesick adalah ekspresi rasa rindu yang kerapkali muncul saat kita berada jauh dari keluarga, kampung halaman, ataupun lingkungan asal yang begitu nyaman. Pernah mengalaminya? Tentu saja. Merantau nyaris tujuh tahun memang sebuah pilihan yang pernah kuambil. Ketika semua saudara-saudaraku memilih kuliah di Malang, aku memilih kuliah di Surabaya. Dan bekerja di Kota Tangerang (Propinsi Banten) pun adalah ikhtiarku mengamalkan ilmu yang kudapat sambil belajar hidup mandiri.

Dulu kakak sering protes karena adek kecilnya jarang pulang. Maklumlah rata-rata saudaraku pulang seminggu sekali (Jarak tempuh Malang-Blitar kurang lebih 1-1,5 jam saja). Bukannya sok sibuk. Namun segunung tugas kuliah dan kegiatan kampus memang sering diadakan hari Sabtu dan Minggu. Akhirnya maksimal dua bulan sekali harus dijadwalkan untuk birrul walidain.

Begitupun saat di Tangerang. Nyaris setahun tak pulang ke rumah tentu memunculkan homesick virus yang merayap dan melalap habis ulu hatiku. Pernah suatu kali untuk mengalihkan ini, aku jalan-jalan ke Lippo Karawaci bersama sahabatku. Eh ternyata disana tak sengaja malah ketemu belimbing karangsari, salah satu buah terkenal asal Kota Blitar. Nyaris menjerit girang disentil euforia. Serasa abis pulang kampung. Hehe, sekilas konyol memang namun hal itu bisa membuatku tersenyum ceria sepanjang sisa hari itu.

Homesick bukanlah penyakit. Namun sekali dia menyerang, tak ada obat kecuali pulang. Benar kata seorang sahabat jika kita terlalu mikir 'si hommy' ini, justru akan membebani. Perlu siasat untuk mengurangi kadar dan intensitasnya.

Pertama adalah mencari kesibukan. Kenangan tidak akan muncul kecuali kita yang membangkit-bangkitkannya. Kesibukan membantu kita mengurangi waktu luang untuk melamunkan rumah.

Kedua, manfaatkan teknologi. Dengan akses internet, video-call, telepon atau sms dengan mudah dapat menghubungkan kita dengan keluarga tercinta nun jauh disana.

Ketiga, perbanyak kawan yang baik. Suasana tempat baru yang nyaman bersama kawan menjadikan kita seperti memiliki kerabat dekat layaknya keluarga sendiri. Hingga kita pun merasa kerasan di tempat yang baru.

Keempat, berjuanglah. Berprestasi sebaik mungkin, membuat bangga keluarga bisa menjadi senjata untuk menepis 'si hommy' ini.

Dan kelima, pulang ke masjid. Hmm, aneh ya? Barangkali begitu, namun masjid tempat pulang terbaik kala cara apapun tak bisa membendung segala keinginan termasuk 'si hommy' ini. Setidaknya begitulah untukku.

Buatlah strategimu sendiri kawan. Karena tiap individu punya cara dan seni yang berbeda menghadapi galaunya homesick ini. Tak perlu cemas karena dimanapun kita berada, kita selalu berada dalam genggamanNYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar