Rabu, 19 Desember 2012

Goresan Pena dan Kehidupan

Lama sekali tidak menyapa blogku ini. Entah kemana pemiliknya pergi. Setarik nafas memanggil pena kembali. Secarik kertas digelar putih bersih. Dan inilah coretanku kembali. 

Nyaris empat bulan, ramadhan berlalu. Seperti apa kualitasnya, barulah kita mulai ketahui sekarang. Setiap pemikiran, sikap dan tindakan dalam menghadapi semua kejadian notabene bisa menjadi parameter ukur kualitas ibadah puasa kita. Benarkah? -hehe, belum nemu sumber otentiknya. 

Secuil quote dari bunda Pipiet Senja, tentang buku dan kehidupan -dengan sedikit bumbu nano-nano tentunya ^_^. 

Sejatinya hidup kita itu layaknya sebuah buku. Ada yang tebal, ada pula yang tipis. Halaman awalnya adalah saat kita dilahirkan. Dan tentu saja halaman terakhirnya adalah saat kita menutup mata. Di setiap halamannya adalah coretan kita tentang apa yang kita pikirkan. Apapun yang kita lakukan. Termasuk pula bersitan hati dan banyak lagi. Diabadikan setiap jam, menit dan detik. Anehnya, seburuk apapun coretan kita di lembar itu... selalu ada lembar putih bersih kemudian. Lembar itu adalah hari esok, yang akan kita jumpai saat mentari kembali menyapa bumi. Saat kita kembali membuka mata dan mengucap,
"Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami selepas mematikan kami dan kepadaNya kami akan kembali."
Hanya kita sendirilah yang mampu menulis buku kehidupan kita masing-masing. Meski tak ada satu buku pun yang isinya selalu indah, namun pada intinya itulah usaha kita menggoreskan pena. Tak selalu hitam dan putih, karena selalu ada warna-warna lain yang tersemat. Pastilah kita berharap di akhir lembar buku kita, yang terukir di baris pertama adalah selalu lafaz basmallah dan di baris terakhir adalah hamdallah. Dan menjadilah buku kita adalah buku yang berkah. Ridho pada Allah dan Allah pun ridho pada kehidupan kita -hehe, terinspirasi ayat favorit neh.

Sudah cukup banyak celoteh senjaku kali ini, intinya mari sungguh-sungguh menulis :)    




Tidak ada komentar:

Posting Komentar